Teknologi

AI Mampu Mendiagnosis Depresi Lebih Baik dari Dokter, Beri Solusi Juga

Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) mampu memeriksa penyakit depresi lebih baik dari dokter. AI juga mampu memberikan solusi terbaik.
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) mampu memeriksa penyakit depresi lebih baik dari dokter. AI juga mampu memberikan solusi terbaik.

JOURON -- Kecerdasan buatan (AI) siap merevolusi cara kita dalam mendiagnosis dan mengobati penyakit secara medis. Salah satunya, AI bisa sangat membantu mengatasi depresi karena dapat membuat diagnosis lebih akurat dan menentukan pengobatan mana yang lebih mungkin berhasil.

AI melatih komputer untuk berpikir seperti manusia, dengan fokus khusus pada tiga perilaku mirip manusia: pembelajaran, penalaran, dan koreksi diri (untuk menyempurnakan dan meningkatkan kinerja seiring waktu).

Salah satu cabang AI adalah pembelajaran mesin, yang tujuannya adalah melatih komputer untuk belajar, menemukan pola dalam data, dan membuat prediksi berdasarkan data tanpa bimbingan manusia.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat peningkatan penelitian yang menerapkan AI pada penyakit seperti depresi, yang sulit didiagnosis dan diobati.

Sekitar 20% dari kita akan mengalami depresi setidaknya sekali dalam hidup. Di seluruh dunia, 300 juta orang saat ini mengalami depresi. Depresi digambarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai penyumbang terbesar penyakit di seluruh dunia.

Meskipun sering terjadi, depresi sulit didiagnosis --sebelum ada terobosan dari kecerdasan buatan atau AI. Faktanya, sangat sulit sehingga dokter umum secara akurat mendeteksi depresi dalam kurang dari separuh kasus.

Hal ini karena tidak ada tes tunggal untuk depresi: dokter menggunakan gejala yang dilaporkan sendiri, kuesioner, dan observasi klinis untuk membuat diagnosis.

Namun gejala depresi tidak sama pada semua orang. Beberapa orang mungkin tidur lebih banyak, yang lain kurang tidur; beberapa orang kekurangan energi dan minat dalam beraktivitas, sementara yang lain mungkin merasa sedih atau mudah tersinggung.

Bagi mereka yang didiagnosis menderita depresi secara akurat, ada berbagai pilihan pengobatan termasuk terapi bicara, pengobatan, dan perubahan gaya hidup. Namun, respons terhadap pengobatan berbeda-beda pada setiap orang, dan kita tidak dapat mengetahui sebelumnya pengobatan mana yang akan berhasil dan mana yang tidak.

Depresi mempengaruhi bagian tertentu dari otak. Situs the Conversation mengutip satu penelitian menyatakan area otak yang terkena depresi sangat mirip pada setiap orang. Kita dapat memprediksi apakah seseorang mengalami depresi atau tidak dengan akurasi lebih dari 80% hanya dengan melihat struktur otak ini pada pemindaian MRI.

Penelitian lain yang menggunakan model AI tingkat lanjut telah mendukung temuan ini, dan menunjukkan bahwa struktur otak mungkin merupakan arah yang berguna untuk diagnosis berbasis AI.

AI pun masuk melalui sejumlah platform....

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Nulis, Makan, Minum, Sport