Gaya Hidup

Anak Sering Batuk Pilek? Jangan-Jangan Dia Kekurangan Vitamin D

Batuk pilek sebenarnya merupakan penyakit yang tidak perlu ditakuti.
Batuk pilek sebenarnya merupakan penyakit yang tidak perlu ditakuti.

Batuk pilek sebenarnya merupakan penyakit yang tidak perlu ditakuti. Frekuensi batuk pilek sebanyak enam kali dalam setahun pada anak-anak masih masuk kategori wajar. Yang menjadi masalah jika frekuensinya sudah sangat sering.

Solusi yang kerap diambil orang tua untuk mengatasi batuk pilek adalah dengan mengonsumsi obat. Akan lebih baik jika dicari tahu apa penyebabnya. Karena konsumsi obat yang berkepanjangan akan memberikan efek kurang baik bagi tubuh anak.

Salah satu penyebab kita sering menderita batuk pilek adalah karena kurangnya kandungan vitamin D dalam tubuh. Kok bisa?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Vitamin D memainkan peranan penting bagi kesehatan tubuh. Selama ini vitamin D identik dengan kesehatan tulang dan otot. Kenyataannya lebih dari itu.

Hasil riset menunjukkan, vitamin D mampu melindungi tubuh dari batuk dan pilek, termasuk mencegah penyakit yang berhubungan pernafasan.

Vitamin D diperkirakan meningkatkan kadar peptida antimikroba atau zat antibiotik alami di paru-paru, sehingga melindungi tubuh dari infeksi saluran pernafasan.

Rendahnya kadar vitamin D dalam tubuh meningkatkan resiko terjadinya infeksi saluran pernafasan.

Penelitian terhadap 19.000 orang yang dilakukan Universitas Colorado dan Massachusetts General Hospital menunjukkan, 24 persen peserta dengan kadar vitamin D terendah mengalami infeksi saluran pernafasan bagian atas dalam kurun waktu terdekat.

Ada perbedaan pendapat mengenai kadar vitamin D normal dalam darah, tapi disarankan berada di atas 30 ng/mL. Untuk mengetahui kadar vitamin D dalam tubuh bisa dengan melakukan pengecekan di laboratorium.

Selain untuk melihat kadar vitamin D, pemeriksaan ini juga bisa menjadi dasar diagnoasi penyakit osteoporosis

Sinar matahari merupakan sumber vitamin D yang sangat mudah dan murah untuk diakses. Sayangnya, anak-anak saat ini lebih banyak beraktivitas di dalam ruangan dengan kadar interaksi yang tinggi terhadap gadget. Bandingkan dengan beberapa dekade lalu, anak-anak lebih banyak beraktivitas di luar ruangan dan terpapar sinar matahari.

Pandemi yang terjadi juga turut menyumbang semakin rendahnya paparan sinar matahari. Kebijakan lockdown membuat anak lebih banyak beraktivitas di dalam rumah dan terhindar dari paparan sinar matahari.

Ini menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua untuk mengubah pola hidup agar mejadi lebih sehat. Anak harus didorong utuk lebih banyak beraktivitas di ruang terbuka.

Pastikan mereka terpapar sinar matahari setiap hari, terutama sinar matahari pagi. Bisa dengan mengajak berolahraga pagi atau berjalan-jalan ke taman di pagi hari.

Solusi lainnya bisa dengan mengonsumsi suplemen vitamin D. Tapi mengingat kita hidup di negara tropis yang mataharinya bersinar sepanjang tahun, sebaiknya jangan menyia-nyiakan anugerah tersebut.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Nulis, Makan, Minum, Sport